Makmun (50) tak henti-hentinya menawarkan celengan gerabah, serta mainan-mainan tradisionalnya kepada pemudik dari kiosnya. Dia menanti calon pembeli khususnya para pemudik yang melintasi Jalan Raya Pakis, Kabupaten Malang, Jawa Timur.
Momentum mudik lebaran dijadikannya sebagai peluang untuk meraup keuntungan. Demi mengais rupiah, Makmun pun mengatakan rela melewatkan Lebaran bersama keluarganya di kampung, yang diakuinya masih di wilayah Jawa Timur itu. “Saya terpaksa tak berlebaran dengan keluarga,” kata Makmun di Jalan Raya Pakis Malang, (19/9/2011).
Sejak 10 tahun lalu, dia telah memproduksi berbagai macam celengan gerabah, aneka binatang yang terbuat dari tanah liat dan juga kursi goyang untuk anak-anak dengan bentuk kuda atau bebek.
Namun, diakui Makmun, omzet lebaran tahun ini turun drastis dibanding tahun 2010 lalu. “Bila tahun lalu bisa menjual hingga 70 mainan per hari kini hanya laku 20 mainan per hari,” katanya.
Menurutnya, penurunan ini disebabkan akibat perbedaan Hari Raya Idul Fitri sehingga membuat pemudik yang melewati kios-nya berkurang dibanding tahun lalu.
Kehadiran, Makmun, sebenarnya memudahkan para pemudik yang tidak sempat membeli buah tangan untuk dibawa ke daerah asal pemudik.
Sebut saja, Arif Margono, seorang pembeli celengan Gerabah di wilayah Pakis. Dia mengatakan, sengaja mencari celengan gerabah di wilayah Pakis, Malang untuk dijadikan buah tangan saat dia pulang ke Surabaya.
“Saat ini sulit dicari beruntung saat ini ada pedagang musiman yang menjual dan rencananya celengan ini saya akan jadikan oleh-oleh pulang ke surabaya,” katanya.
Harga setiap celengan ini tergolong murah yakni berkisar mulai harga Rp10 ribu untuk celengan gerabah aneka hewan berbentuk kecil hingga Rp 90 ribu rupiah untuk gerabah berukuran besar. Sementara untuk kursi goyang dapat dibeli mulai harga Rp50 hingga Rp90 ribu tergantung ukuran.
EmoticonEmoticon